Selasa, 17 Agustus 2010

ISLAM HADIR DI AMERIKA JAUH SEBELUM COLOMBUS

السلام عليكم . بِسْــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم.لا إله إلاَّ الله.محمد رسو ل الله
الحمد لله رب العا لمين. الصلاة و السلام على رسو ل الله.اما بعد

Jika Anda mengunjungi Washington DC, datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama AbdeKhak dan Muhammad Ibnu Abdullah.

Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas lutut.

Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadan Ibnu Wati.

Berbicara tentang suku Cherokee, tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adalah orang asli suku cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara. Jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.

Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini mirip sekali dengan aksara Arab. Bahkan, beberapa tulisan masyarakat cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada sangat mirip dengan kata ”Muhammad” dalam bahasa Arab.

Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya yang berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-kee), tapi juga Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Bahkan, beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutp kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.

Klik pada gambar untuk copy paste gambar lebih jelas untuk disebarkan... ^_^

Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya. Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa : ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah (*)

Bagaimana bisa Kepala suku Indian Cheeroke itu muslim?

Semangat orang-orang Islam dan Cina saat itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet belum terdengar) tempat tinggalnya selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah Islam mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu.

Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.


Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).

Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871 – 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 – 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.

Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.


Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.

Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).

Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.

Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307) raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.

Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.

Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.

Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.

Sequoyah, also known as George Gist Bukti lainnya adalah, Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.

Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.

Dan tahukah anda? 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]

Dan mengapa hanya Columbus saja yang sampai saat ini dikenal sebagai penemu benua amerika? Karena saat terjadi pengusiran kaum yahudi dari spanyol sebanyak 300.000 orang yahudi oleh raja Ferdinand yang Kristen, kemudian orang-orang yahudi menggalang dana untuk pelayaran Columbus dan berita ‘penemuan benua Amerika’ dikirim pertama kali oleh Christopher Columbus kepada kawan-kawannya orang Yahudi di Spanyol.

Pelayaran Columbus ini nampaknya haus publikasi dan diperlukan untuk menciptakan legenda sesuai dengan ‘pesan sponsor’ Yahudi sang penyandang dana. Kisah selanjutnya kita tahu bahwa media massa dan publikasi dikuasai oleh orang-orang Yahudi yang bahkan dibenci oleh orang-orang seperti Henry Ford si raja mobil Amerika itu.

Maka tampak ada ketidak-jujuran dalam menuliskan fakta sejarah tentang penemuan benua Amerika. Penyelewengan sejarah oleh orang-orang Yahudi yang terjadi sejak pertama kali mereka bersama-sama orang Eropa menjejakkan kaki ke benua Amerika.

Kamis, 12 Agustus 2010

Ramadhan, Antara Generasi Awal dan Generasi Sekarang

Betapa besar perbedaan antara shaumnya –puasanya- kita dengan shaumnya salafus shalih -generasi awal Islam-.

Generasi awal Islam berlomba meraih nilainya, berkutat dalam naungannya dan mengerahkan segenap kekuatan fisik dan kekuatan jiwa untuk mengisinya.

Siang hari mereka adalah kesungguhan, produktifitas dan profesional.

Malam hari mereka adalah malam-malam meraih bekalan ruhani, tahajjud dan tilawatul Qur’an.

Sebulan penuh mereka belajar, beribadah dan berbuat baik.

Lisan mereka shaum, jauh dari berkata yang tidak ada manfaatnya, apalagi kata-kata kasar, jorok dan dusta.

Telinga mereka shaum, tidak mendengarkan pernyataan sesat, negatif dan sia-sia.

Mata mereka shaum, tidak melihat yang diharamkan dan perbuatan tidak senonoh.

Hati mereka shaum, tidak terbersit untuk melakukan kesalahan atau dosa.

Dan tangan mereka, tidak digunakan untuk mengambil yang tidak halal dan tidak menyakiti.

Berbeda dengan muslim sekarang ini.

Di antara mereka ada yang menjadikan Ramadhan sebagai musim ta’at kepada Allah swt. dan melipatgandakan kebaikan.

Mereka shaum siang harinya dengan sebaik-baiknya. Mereka qiyam Ramadhan –shalat tarawih dan tahajjud- dengan sebaik-baiknya.

Mereka bersyukur kepada Allah swt. atas nikmat yang diberikan, dan mereka tidak lupa saudara-saudara mereka yang lemah dan tidak beruntung.

Mereka berusaha meneladani Nabi, sebagai orang yang paling dermawan dan paling banyak berbuat baik dalam bulan Ramadhan, laksana angin yang tertiup.

Kelompok lain adalah, kelompok yang tidak pernah tahu dan sadar akan kebaikan Ramadhan. Mereka tidak merasakan manfaat dari bulan Ramadhan. Mereka tidak peduli dengan shiam dan qiyam. Mereka tidak tahu dan tidak mau tahu keutamaan dan keistimewaan Ramadhan.

Padahal Allah swt. menghidangkan Ramadhan bagi qalbu dan ruh –hati dan jiwa- sekaligus. Sedangkan mereka malah menjadikan Ramadhan untuk memperturutkan syahwat perut dan mata (tidur) semata.

Allah swt. menjadikan Ramadhan sebagai upaya menyemai sikap kasih sayang dan kesabaran. Justeru mereka menjadikannya sebagai ajang amarah dan mengumpat.

Allah swt. menjadikan Ramadhan sebagai wahana meraih sakinah –ketentraman- dan keteduhan. Mereka malah menjadikannya sebagai bulan pertengkaran dan perselisihan.

Allah swt. menjadikan Ramadhan sebagai momentum perubahan diri, namun mereka hanya merubah jadwal makan belaka.

Allah swt. menghadirkan Ramadhan untuk menggugah si kaya agar peduli dengan yang tak berpunya. Namun mereka menjadikannya sebagai ajang memperbanyak makanan dan minuman dengan aneka ragamnya.

Semoga umat muslim melaksanakan shaum Ramadhan adalah dalam rangka meraih janji Allah swt. taqwallah, bertaqwa kepada Allah swt. sebagaimana yang diperintahkan Al Qur’an, dengan demikian mereka akan keluar dari Ramadhan menjadi orang-orang yang suci (fithri) dan dosanya terhapuskan, biidznillah. Allahu a’lam (dakwatuna.com)

Kamis, 05 Agustus 2010

KEPERCAYAAN & KEJUJURAN

Oleh: Udo Yamin Majdi


Selesai menggelar acara Volunteer Training, aku bersama Aa Fatih tidak langsung pulang ke Tafahna. Sebab, ada beberapa agenda lagi di Cairo. Diantaranya, mengisi acara Up Grading di IKMAL (Ikatan Mahasiswa Lampung) dan LBT (Leadership Basic Training) di PII (Pelajar Islam Indonesia). Aku dan anak sulungku itu, bermalam di sekretariat Pwk. Persis (Perwakilan Pimpinan Pusat Persatuan Islam) Mesir di Nasr City.

* * *

Siang menjelang Dhuhur, keesok harinya, hpku berdering. Aku ambil, lalu kudekatkan di telinga kanan. Di ujung sana, terdengar suara Andy, Ketua Umum PII, "Do, ini rute tempat training, antum nanti naik mobil eltramco Tagammu' Awwal, lalu turun di Syibrawy. Kalo udah di sana, antum miscall aja ana. Ntar kita jemput!"

Aku dan Aa Fatih meninggalkan sekretariat Pwk.Persis. Kami berdua naik mobil eltramco dari Mahattoh Gami' menuju Zahra. Di Mahattoh Asyir kami turun, kemudian naik mobil menuju Tagammu' Awwal. Selama dalam perjalanan, selain memandang gurun pasir di sisi kanan-kiri jalan, aku memperhatikan penumpang yang duduk di depanku. Ada yang baca koran Ahrom, ada yang melamun, ada yang tidur, dan lain sebagainya.

Tak berapa lama kemudian, mobil memasuki kawasan baru Mesir. Banyak vila bergaya Erofa mulai dibangun. Ada juga perumahan berlantai tiga, berbeda dengan di Nasr City yang rata-rata lima atau enam lantai. Prediksiku, lima atau sepuluh tahun akan datang, daerah ini akan banyak dihuni orang asing, seperti dulu di daerah Madrasah-Zahra yang dulu jarang orang Indonesia, kini banyak yang tinggal di sana. Apalagi di daerah Nasr City dari Madrasah hingga Bawwabat, saking banyaknya mahasiswa Indonesia yang tinggal, kami sebut Kampung Melayu.

"Turun sayang, kita udah sampai!" ajakku kepada Aa yang matanya sudah mulai sayup. Kami menunggu di dekat rumah makan Syibrawy. Andy dan panitia datang menjemput. Kami langsung menuju tempat acara LBT yang sudah berlangsung lima hari dari tujuh hari yang dijadwalkan. Kami sampai di flat tempat acara.

Sebelum aku mengisi acara, aku tanya Kortim (Koordinator Tim) instruktur perkembangan peserta. Aku minta DRH (Daftar Riwayat Hidup) dan sosiogram peserta. Dari sinilah, aku sedikit memahami para peserta. Sehingga aku bisa memilih metode penyampaian. Aku juga meminta silabus untuk melihat pokok bahasan dan indikator dari materi yang akan aku sampaikan.

Dengan basmalah, aku memasuki kelas pelatihan. Aku berusaha percaya diri, meskipun tanpa persiapan apapun, sebab aku diminta panitia mengisi LBT pada saat bertemu di acara Volunteer Training. Aku berusaha mengingat kembali bacaanku dan pengalaman hidupku untuk memahamkan para peserta tentang materi Komunikasi Efektif. Dengan metode partisipatoris, aku menjelaskan definisi, unsur, bentuk dan pembagian komunikasi. Bahkan di sela-sela menyampaikan materi, aku beri simulasi. Tak terasa, waktu 3 jam berakhir.

Karena aku akan mengisi acara Up Grading di IKMAL, aku langsung pamit. Ketika keluar pintu, aku tidak menemukan sepatu Aa Fatih. Aku bersama panitia, mencari setiap sudut flat, sampai di kamar mandi pun kami cari, ternyata tidak ada. Akhirnya, Aa pulang tanpa sepatu. Akibatnya dia tidak mau jalan, melainkan harus aku gendong. Tentu saja, membawa Aa belasan kilo dan tas di punggung, sedangkan cahaya matahari sangat panas, membuatku berkeringat dan haus. Aku minta Elman menggendong Aa, tapi Aa tidak mau.

Kami pun naik bus menuju Nasr City.

* * *

Di IKMAL, para anggota sudah berkumpul. Acara mulai. Seperti biasanya, dimulai dengan pembacaan kalam ilahi dan sambut-sambutan. Baru kemudian acara Pelantikan Dewan Pengurus IKMAL Periode 2010-2011. Ini periode kedua, setelah berdirinya IKMAL 4 Agustus 2009.

Perjalanan lahirnya IKMAL lumayan panjang. Dulu, mahasiswa Indonesia Mesir asal Lampung bergabung dengan KEMASS (Keluarga Masyarakat Sumatra bagian Selatan) meliputi Sumsel, Bengkulu, Bangka-Belitung dan Lampung. Karena mahasiswa asal Lampung mulai banyak, sejak akhir tahun 90-an, ingin memisahkan diri, namun baru terealisasi tahun lalu.

Aku mengisi acara Up Grading. Nuansa pelatihan, aku bawa dalam acara ini. Aku hanya sebatas fasilitator. Konsep andragogi, aku terapkan di sini. Sebab, 100% peserta adalah mahasiswa. Aku analogi organisasi sebagai sebuah kendaraan. Dari sini muncul beberapa pertanyaan ini: Di manakah posisi kita? Kita mau ke mana? Apa saja yang harus kita lakukan agar penumpang merasa nyaman? Dan seterusnya.

Aku berusaha membantu teman-teman untuk melihat masalah sekaligus menemukan solusinya. Aku berusaha memetakan persoalan organisasi yang berkutat dalam 4 hal ini: masalah leadership, manajemen, administrasi, dan struktur. Dari empat hal ini, muncul masalah turunan, seperti masalah komunikasi, masalah pendanaan, dan seterusnya.

Acara dari ba'da Asar ini berakhir tepat pada adzan Sholat 'Isya. Aku dan Aa Fatih pamit. Aku kembali berjuang, menggendong Aa dari Saqor Quraisy menuju Gami'. Aku berusaha merayu Aa agar mau berjalan, sebab selain membawanya berat, aku juga membawa plastik berisi sembako dari IKMAL, beratnya lebih dari 5 kilogram. Aa tetap tidak mau turun.

Aku tidak kehabisan akal. Aku tahu kelemahan anakku ini. Biasanya, dia akan mengalah, manakala aku memenuhi kemauannya. Aku pun bernegoisasi, "Aa mau apa?"

"Mau sepatu baru!" jawabnya.

"Gimana kalo sendal aja?" tanyaku, sebab aku tahu, aku tidak memiliki uang. Sebab, uangku habis membeli konsumsi untuk peserta Volunteer Training tadi malam. Panitia memang tidak merencanakan ada konsumsi makan untuk panitia, hanya diberi minum dan snack saja. Namun, perutku melilit karena dari siang hingga malam, aku belum makan. Aku kira, peserta pun demikian. Makanya, aku minta panitia untuk beli Kusyari dan Togin. Aku tidak ingin peserta kelaparan.

"Iya, sendal aja, tapi yang bagus buya!"

"Oke, buya beliin sendal bagus, tapi Aa jalan kaki ya?"

"Iya!" ujar anakku dan turun dari punggungku dengan semangat.

Aku ajak Aa Fatih ke tempat jualan sepatu. Niatku, hanya ingin tahu harganya dulu, baru setelah meminjam uang di Pwk Persis, aku akan membeli sendal itu. Aku sudah menyiapkan alasan kepada anakku, bahwa membeli sendal kami tunda, sebab aku tidak punya uang.

"Kenapa anakku tidak pakai alas kaki?" Tanya pedagang sambil menyodorkan sandal hitam yang ingin aku lihat.

Aa Fatih mencoba sandal itu. Aku lihat Aa senang. Aku pun menjawab pertanyaan sang pedagang, "Sepatu anakku hilang?"

"Hilang di mana?"

"Hilang di depan rumah teman!"

Aku sedikit ragu, untuk melepaskan kembali sandal di kaki anakku. Dia begitu senang. Namun, dengan terpaksa, aku berkata, "Sayang, sendalnya Aa lepas dulu. Buya sekarang enggak punya uang. Kita ke Pwk dulu, kita pinjam uang, baru kita ke sini lagi, beli sendal ini, gimana?"

"Enggak mau?!"

"Trus, kita bayar pakai apa?"

"Ini Aa punya uang!" katanya Aa sambil mengeluarkan uang 50 piester. Aku tersenyum. Uang yang aku berikan tadi pagi untuknya jajan, mana mungkin bisa membayar sandal seharga 5 pound itu.

"Ini enggak cukup sayang!"

"Pokoknya, Aa enggak mau lepasin sandal ini!!"

"Bentar aja sayang, ntar kita ke sini lagi!"

"Enggak mau!!"

Sang pedagang, meskipun tidak tahu dialog antara aku dan anakku, mungkin dia memahami bahwa aku meminta anakku melepaskan sandal itu. Dia pun bertanya, "Mengapa harus dilepas kembali, kan anakmu tidak ada alas kaki, langsung aja pakai, tidak perlu dibungkus?"

"Saat ini, aku tidak punya uang. Aku hanya ingin tahu harganya dulu!"

"Tidak masalah, pakai aja. Bayarnya bisa kapan saja, bisa besok, lusa atau kapan saja!"

"Saya bukan tinggal di Cairo, tapi tinggal di Tafahna dan jarang sekali ke sini!"

"Tidak masalah. Justru karena kalian tinggal di Tafahna, maka pakai aja dulu sendal ini. Masa kamu tega membiarkan anakku kami tanpa alas kaki?"

Aku diam. Aku menatap sang pedagang yang tidak aku kenal ini, begitu juga dia tidak mengenalku. Dia tersenyum. Dari pancaran mata dan senyumannya, aku melihat dia memang tulus ingin membantuku. Belum juga aku berbicara, dia kembali berkata, "Pakailah, aku percaya kepada kamu!"

Aku pun luluh. Aku tidak ingin mengecewakan niat tulus sang pedagang. Terlebih lagi, aku tidak ingin menghilangkan senyum di bibir anakku. Aku pun mengucapkan terima kasih dan pamit kepada pedagang itu. Aa Fatih pun, tidak mau aku gendong, bahkan tangannya tidak mau aku pegang, sebab dia berlari menuju Pwk dengan sandal barunya.

* * *

Satu jam kemudian. Aku datang ke tempat jualan sandal. Aku memaksakan diri meminjam uang 5 pound kepada teman di Pwk, sebab aku tidak mau mengkhianati kepercayaan pedagang itu. Dia telah memberikan kepercayaan kepadaku, maka aku pun harus memberikan kejujuran kepadanya.


* * *


Cairo, 1 Agustus 2010

Selasa, 03 Agustus 2010

MENYAMPAIKAN IALAH KEWAJIBAN KITA SEMUA

السلام عليكم . بِسْــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم.لا إله إلاَّ الله.محمد رسو ل الله
الحمد لله رب العا لمين. الصلاة و السلام على رسو ل الله.اما بعد

Qs.3:20 kewajiban kamu hanyalah menyampaikan
Qs.5:92 kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan dengan terang
Qs.16:82 kewajiban yang dibebankan atasmu hanyalah menyampaikan
Qs.16:125 Serulah pada jalan Tuhan-mu dengan hikmah & pelajaran baik
Qs.42:48 Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan
Qs.64:12 kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan dengan terang

Para sahabat telah rela meninggalkan kampung halaman
Meninggalkan seluruh keluarga, harta, tahta, cinta & dunia
Mengembara jauh ke ujung dunia
MENYAMPAIKAN Islam yang mulia
Ikhlas tanpa meminta imbal jasa

BAGAIMANA DENGAN KITA???

Jika MENYAMPAIKAN & DAKWAH tidak ada...
Maka hingga sekarang kita mungkin masih kafir menyembah berhala
Atau dimakan penjajah menyembah satu tapi tiga

Apa wujud rasa syukur kita?
Apa terima kasih kita?
MENYAMPAIKAN ialah KEWAJIBAN kita semua
Mari kita saling menjaga
Bersatu dalam barisan mereka
Menyebar & menyampaikan Islam yang mulia

Kami tak minta imbal jasa
Kami hanya ingin saudara kita semua
Membaca sedikit tulisan buah pena seorang hamba hina